By : Dr. Akram Ridha
Saat Nabi Muhammad SAW menengadahkan tangannya ke langit, beliau berdo’a :
“Allahumma inni a’udzubika minal hammi wal hazan, wa a’udzubika minal ajzi wal kasal, wa a’udzubika minal jubni wal bukhl, wa a’udzubika min ghalabatid daini wa qahrir rijal
( Ya Allah, sungguh aku berlindung pada-Mu dari kegundahan dan kesedihan.
Aku berlindung pada-Mu dari kelemahan dan kemalasan.
Aku berlindung dari ketakutan dan kekikiran. Dan aku berlindung dari cengkeraman hutang dan tekanan manusia)
Saat itulah, seorang sahabat terkesima dengan do’a yang Rasul SAW lantunkan, “A’udzubillahi minal kufri wad dain. (Ya Allah, aku berlindung dari kekufuran dan hutang),” maka ia berkata, “Apakah hutang itu sebanding dengan kekufuran?” Rasul bersabda,”Ya.”
Kini kita sadar bahwa berhutang adalah rekan yang menipu dan lahir dari penyakit-penyakit membeli. Hutang akan menjelma menjadi kegundahan di malam hari dan kehinaan di siang hari.
Saat kita menyadarinya, maka kita akan berpikir beribu kali sebelum berani berhutang.
Dengarkanlah peringatan Nabawi dari al-habib berikut :
Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda,”Jiwa seorang mukmin tergantung dengan hutang yang menjadi tanggungannya.”
Samurah bin Jundub RA berkata,”Nabi SAW melakukan shalat subuh, lalu bersabda,”Tidak adakah di sini seorang dari Bani Fulan?”
“Ada, ya Rasul,” jawab mereka.
“Saudaramu tertahan di pintu surga dengan hutang yang ditanggungnya,” sabda Nabi.
Muhammad bin Jahsy RA bercerita, “Dahulu kami duduk-duduk di sisi Rasulullah SAW, lalu beliau menengadahkan kepalanya ke langit dan meletakkan rahatahu (telapak tangan) di keningnya seraya bersabda, “Mahasuci Allah, kepedihan apa yang telah turun?” kamipun terdiam dan terhenyak. Keesokan harinya, aku bertanya,”Kepedihan apakah yang telah turun?” Beliau bersabda,”Demi yang jiwaku di tangan-Nya, sekiranya ada seorang laki-laki yang terbunuh di jalan Allah, lalu dibangkitkan, lalu terbunuh kembali, dan ia memiliki tanggungan hutang, niscaya ia takkan masuk surga hingga hutangnya dilunasi.”
Abdullah bin Amru bin Ash RA berkata, Rasulullah SAW bersabda,”Semua dosa yang mati syahid itu diampuni, kecuali hutang.”
Kebanyakan problematika keluarga yang hampirmenyebabkan matinya pernikahan *dengan talak* disebabkan jeratan hutang.
Sekali lagi saya ingatkan, awal terbukanya celah hutang dalam rumah tangga kita adalah menjangkitnya penyakit membeli dan terjeratnya seseorang dari belitan kredit. Bahkan, hutang bisa mendorong pelakunya untuk melakukan tindakan kriminal yang paling keji.
Kini kita sadar bahwa berhutang adalah rekan yang menipu dan lahir dari penyakit-penyakit membeli. Hutang akan menjelma menjadi kegundahan di malam hari dan kehinaan di siang hari.
Saat kita menyadarinya, maka kita akan berpikir beribu kali sebelum berani berhutang.
Dengarkanlah peringatan Nabawi dari al-habib berikut :
Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda,”Jiwa seorang mukmin tergantung dengan hutang yang menjadi tanggungannya.”
Samurah bin Jundub RA berkata,”Nabi SAW melakukan shalat subuh, lalu bersabda,”Tidak adakah di sini seorang dari Bani Fulan?”
“Ada, ya Rasul,” jawab mereka.
“Saudaramu tertahan di pintu surga dengan hutang yang ditanggungnya,” sabda Nabi.
Muhammad bin Jahsy RA bercerita, “Dahulu kami duduk-duduk di sisi Rasulullah SAW, lalu beliau menengadahkan kepalanya ke langit dan meletakkan rahatahu (telapak tangan) di keningnya seraya bersabda, “Mahasuci Allah, kepedihan apa yang telah turun?” kamipun terdiam dan terhenyak. Keesokan harinya, aku bertanya,”Kepedihan apakah yang telah turun?” Beliau bersabda,”Demi yang jiwaku di tangan-Nya, sekiranya ada seorang laki-laki yang terbunuh di jalan Allah, lalu dibangkitkan, lalu terbunuh kembali, dan ia memiliki tanggungan hutang, niscaya ia takkan masuk surga hingga hutangnya dilunasi.”
Abdullah bin Amru bin Ash RA berkata, Rasulullah SAW bersabda,”Semua dosa yang mati syahid itu diampuni, kecuali hutang.”
Kebanyakan problematika keluarga yang hampirmenyebabkan matinya pernikahan *dengan talak* disebabkan jeratan hutang.
Sekali lagi saya ingatkan, awal terbukanya celah hutang dalam rumah tangga kita adalah menjangkitnya penyakit membeli dan terjeratnya seseorang dari belitan kredit. Bahkan, hutang bisa mendorong pelakunya untuk melakukan tindakan kriminal yang paling keji.